"JURNAL" ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS DIGITAL TERHADAP GURU SDN 4 BANAWA DEGAN BERBAGI UNTUK MEWUJUDKAN MERDEKA BELAJAR

 ANALISIS PENGGUNAAN  MEDIA BERBASIS DIGITAL  TERHADAP  GURU SDN 4 BANAWA DEGAN BERBAGI UNTUK MEWUJUDKAN MERDEKA BELAJAR


Moh Faisal Sobir

SDN 4 Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

Email: mohfaisalshobir69@guru.sd.belajar.Id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media digital pada proses pembelajaran guru SDN 4 Banawa. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif, sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian, bahwa dari 18 guru ad 8 guru saja yang sudah menggunakan media berbasis digital dan internet pada saat pembelajaran di dalam kelas.  8 guru yang sudah paham dalam penggunaan media digital dan media berbasis internet maka dari itu dibutuhkan bimbingan sesama guru dalam mengembangkan kemampuan guru dalam penggunaan media berbasis digital agar dapat memberikan pembelajaran yang lebih modern ke siswa dan tentu saja akan membuat suasana dalam pembelajaran lebih efektif.

ANALYSIS OF THE USE OF DIGITAL-BASED MEDIA ON TEACHERS OF SDN 4 BANAWA WITH SHARING TO REALIZE INDEPENDENCE TO LEARN


Moh Faisal Sobir

SDN 4 Banawa, Donggala Regency, Central Sulawesi

E-mail: mohfaisalshobir69@guru.sd.belajar.Id



ABSTRACT

This research aims to determine the use of digital media in the learning process of SDN 4 Banawa teachers. This research is qualitative research, while data collection uses observation, interviews, questionnaires and documentation methods. The research results showed that of the 18 teachers, only 8 teachers had used digital and internet-based media during classroom learning. 8 teachers who already understand the use of digital media and internet-based media therefore need guidance from fellow teachers in developing teachers' abilities in using digital-based media so that they can provide more modern learning to students and of course will create a more effective learning atmosphere.


Pendahuluan

Pada saat ini administrasi guru khususnya di Indonesia semakin berkembangnya zaman semakin meningkat, kemudian hasil kinerja guru sebagai tenaga pendidik juga diharapkan memperoleh hasil kinerja yang lebih maksimal dalam mendidik peserta didik. selain itu, guru juga dituntut untuk mampu berinovasi merancang program-program pendidikan yang akan ia lakukan dalam menjalankan proses pembelajaran. Pada era digital atau era informasi sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dengan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia yang menembus batas jarak, tempat, ruang hingga waktu. Kenyataannya dalam kehidupan manusia di era digital ini tidak akan terlepas dengan teknologi. Munir menjelaskan informasi dan komunikasi sebagai bagian dari teknologi juga mempengaruhi berbagai kehidupan dan memberi perubahan terhadap cara hidup dan aktivitas manusia sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan yang menggunakan media digital (Marjuni & Harun, 2019; Samsudi & Hosaini, 2020), sehingga keluar kebijakan sekolah dalam menghadapi era 4.0 (Samsudi & Hosaini, 2020). Pendidikan mengalami perkembangan yang sangat pesat pula, dari Pendidikan tatap muka langsung diajarkan guru dengan cara tradisional sampai belajar dengan menggunakan gadget, penggunaan gadget pada anak usia sekolah rupanya juga akan meningkatkan prestasi belajar anak, terutama pada taman kanak-kanak (Purwijayanti & Munir, 2021), yang tentu perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh teknologi dan informasi yang berkembang saat ini, perkembangan dunia digital dalam pembelajaran ini bukan berarti tidak memiliki kendala, kemampuan beradaptasi dan akses jaringan ikut menghiasi dari sederet kendala pembelajaran digital (Hardiyanto, 2020). Di era digital ini, teknologi berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan dunia memasuki Industri 4.0 dimana teknologi itu menjadi suatu hal yang paling mendasar didalamnya. Dan ketika dunia memasuki perubahan era, ada begitu banyak hal yang juga akan mengikutinya dan dengan kata lain, perubahan terjadi pada beberapa sektor kehidupan. Namun, bukan pula sekedar perubahan saja yang terjadi namun rintangan demi rintangan pun ikut mengiringi. Angela Merkel sebagaimana dikutip oleh Ike Yustanti dan Dian Novita bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Dapat dikatakan bahwa revolusi industri 4.0 ini berbasis digital. Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa generasi sekarang memasuki dunia literasi digital. Era digital telah menyatu dengan kondisi masyarakat saat ini khususnya dunia pendidikan. Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat semakin mudah, cepat dan memiliki peluang yang lebih besar dalam mencari berbagai informasi. Selain itu, salah satu manfaat dari teknologi informasi adalah mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (Yustanti & Novita, 2019). 

Berkarya merupakan proses mencipta untuk melahirkan sesuatu, mengekspresikan sebuah ide, gagasan maupun kegelisahan yang dituangkan dalam sebuah karya seni. Kejujuran yang disertai kesadaran merupakan hal penting dalam menuangkan isi pemikiran. Perupa dan hasil karyanya adalah kesatuan yang tidak dapat dilepaskan karena dalam tahap penuangan ide, perupa tidak dapat lepas dari pengalaman, baik pengalaman estetika maupun pengalaman dalam pengetahuan. Hal tersebut sadar atau tidak disadari akan meresap dan mempengaruhi gagasan yang selanjutnya akan terlahir dalam karya seni. Dan Berbagi pengetahuan merupakan proses penyampaian pesan antar individu maupun organisasi melalui media yang beragam. Setiap individu berhak menentukan media apa yang akan mereka pakai untuk melakukan berbagi pengetahuan, yang terpenting adalah penerima pesan mampu memahami apa yang telah disampaikan. Berbagi pengetahuan adalah orang yang bersedia diajak bertukar informasi dan pengetahuan, baik orang lain, kelompok maupun organisasi. Berbagi pengetahuan merupakan aktivitas interaksi dan komunikasi antara dua orang atau lebih sebagai proses untuk menambah pengetahuan serta upaya untuk meningkatkan pengembangan diri. Lumbantobing mengemukakan bahwa berbagi pengetahuan adalah proses yang sistematis dalam mengirimkan, mendistribusikan, dan mendiseminasikan pengetahuan dan konteks multidimensi dari seorang atau organisasi kepada orang atau organisasi lain yang membutuhkan melalui metode dan media yang variatif. Perilaku berbagi pengetahuan merupakan alat bagi komunitas dalam rangka menghasilkan inovasi guna untuk membantu dalam mentransfer ide-ide baru dan solusi-solusi. Selain itu berbagi pengetahuan memungkinkan sebuah komunitas untuk mengidentifikasi, mempromosikan, dan menyebarkan kebiasaan yang baik. Tidak mengherankan apabila perilaku berbagi pengetahuan bisa menjadi alat untuk menghasilkan komunitas yang berkualitas dan efisien. Jadi, komunitas yang tidak memiliki praktik berbagi pengetahuan yang efektif dan efisien akan gagal dalam memperoleh manfaat inovasi dan pertumbuhan dari intelektual kapital anggotanya. Menurut Van den Hoof dan Van Weenen, berbagi pengetahuan adalah proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan dan secara bersama-sama menciptakan pengetahuan (solusi) baru.

Kurikulum Merdeka Belajar Konsep kurikulum merdeka belajar lahir dari semangat pemerintah dalam menggenjot inovasi pembelajaran dan memulihkan kondisi pendidikan yang terganggu akibat pandemi COVID-19 selama kurang lebih dua tahun. Indarta et al (2022)berpendapat bahwa kurikulum ini dikembangkan dengan harapan dapat mencetak generasi milenial yang mampu memahami materi atau ilmu yang diajarkan oleh guru secara cepat, bukan hanya sekedar pandai untuk mengingat bahan ajar yang diberikan oleh guru. Hal tersebut melihat kondisi pendidikan Indonesia sebelumnya yang sangat terikat oleh serangkaian pedoman-pedoman kurikulum yang kaku dan mengikat. Fleksibilitas dalam mengajar sangat kurang sehingga materi atau ilmu yang diajarkan bagi generasi milenial kurang dapat terserap dengan baik. Manalu et al (2022) menjelaskan bahwa kurikulum merdeka belajar merupakan salah satu konsep kurikulum yang menuntut kemandirian bagi peserta didik. Kemandirian yang dimaksud adalah sebuah kebebasan bagi peserta didik untuk mengakses ilmu pengetahuan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan dan dari sumber dan cara belajar yang tersedia. Hal ini berangkat dari sebuah pandangan yang meyakini bahwa pembelajaran yang monoton atau satu arah akan menjadi penghalang bagi peserta didik dalam mengekspresikan kemampuannya (Yusrizal et al., 2017). Dalam konteks bimbingan dan konseling, kurikulum merdeka belajar menempatkan layanan bimbingan dan konseling sebagai koordinator dalam mewujudkan

Berbeda dalam hal kebutuhan belajarnya dan dinamis dalam merespon stimulus yang diberikan dalam setiap interaksi sosial. Berdasarkan kemajuan dalam teknologi Pendidikan, guru diwajibkan menggunakan media yang berbasis digital. Jika dilihat dari penggunaan media pembelajaran guru yang menggunakan media digital bukan lagi konsep baru dalam pembelajaran berdiferensiasi. secara nyata sejak dahulu telah memberikan ruang berkembang kepada peserta didik sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Melalui data awal Guru yang berada di SDN 4 Banawa berjumlah 18 orang yang mana berdasarkan observasi masih ada guru yang belum menggunakan media berbasis digital maka dari itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan guru dalam penggunaan media berbasis digital dan apakah mereka sudah berbagi pengetahuan dalam penggunaan media belajar yang berbasis digital.




METODE PENELITIAN

 Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan pada Guru yang berada di SDN 4 Banawa, sedangkan informan yang menjadi sumber penelitian yaitu 18 (delapan belas) orang guru yang mengajar di SDN 4 Banawa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi mengenai proses pembelajaran dan penggunaan media digital oleh 18 guru tersebut, observasi dilakukan dengan melihat bentuk penggunaan media digital yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, selanjutnya untuk memperdalam data dilapangan juga digunakan teknik wawancara dan dokumentasi yang diperlukan sebagai data pendukung penelitian. Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, yaitu observasi melihat penggunaan media digital, wawancara dengan responden dan dokumentasi penelitian. Sitti Mania menjelaskan observasi merupakan suatu cara atau metode dalam menghimpun keterangan atau data yang akan dilakukan dengan mengadakan suatu pengamatan dan dicatat secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Dengan kata lain, observasi dilakukan agar dapat memperoleh informasi tentang kelakuan observee yang sebenarnya (Mania, 2017). Hasyim Hasanah juga menjelaskan observasi merupakan salah satu proses kegiatan empiris yang bisa mendapatkan informasi-informasi atau data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Biasanya itu berupa fakta-fakta lapangan maupun teks, dengan cara melalui penglihatan atau panca indra tanpa menggunakan manipulasi apapun (Hasanah, 2017).

Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dan subjek penelitian. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015) wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Newman (2013) sebagaimana dikutip Mita Rosaliza menjelaskan wawancara (interviewee) merupakan salah satu kaedah dalam pengumpulan data yang paling biasa digunakan untuk penelitian sosial. Wawancara digunakan ketikan responden atau informan dan peneliti berada berada langsung dan saling bertatap muka dalam proses untuk mendapatkan informasi. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi, fakta, kepercayaan, perasaan dan keinginan yang perlu untuk penelitian (Rosaliza, 2015).



Hasil dan Pembahasa

Hasil Kuisioner Guru SDN 4 Banawa


No

Butir pertayaan

Persentase %

ket

ya

tidak

1.

Apakah bapak/ibu menggunakan media digital dalam pembelajaran sehari-hari

55,6%

44,4%


2.

Apakah bapak ibu selalu menggunakan media leptop/croombuk dalam mengajar dalam kelas

50%

50%

3.

Apakah bapak/ibu guru mapel sudah menggunakan media berbasis digital

33,3%

66,7%

4.

Apakah bapak/ibu telah memahami pembuatan media digital untuk media belajar siswa

55,6%

44,4%

5.

Apakah bapak/ibu sering berbagi media pembelajaran digital dengan sesame guru

61,1%

38,9%



Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuisioner yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa semua komponen yang ada di sekolah SDN 4 Banawa, baik kepala sekolah, maupun guru-guru yang ada di sdn 4 banawa menunjukkan respon terbuka terhadap kegiatan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Dengan ini membuktikan bahwa semua komponen di sekolah SDN 4 Banawa memiliki keinginan untuk pembelajaran berbasis digital, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Menurut Rahmadi & Mustafidah (2014) menjelaskan bahwa, motivasi memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa karena dengan adanya motivasi yang tinggi maka peluang untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik akan semakin mudah. Maka pada pembahasan ini peneliti mendeskripsikan uraian bahasa sesuai dengan rumusan masalah peneliti dan tujuan peneliti tentang penggunaan media digital. Nah dari hasil penelitian di atas peneliti sempat juga melakukan wawancara singkat dengan guru SDN 4 Banawa

Hasil wawancara

Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan guru yang ada di SDN 4 Banawa menyatakan masih ada beberapa guru yang masih kurang paham dalam penggunaan digital untuk pembuatan media yang berbasis digital sebagai mana dibuktikan dengan jawaban beberapa guru sebagai berikut, jawaban Guru kelas 3a ibu NURMINA. YA saya dalam pembelajaran dalam kelas sudah menggunakan media berbasis digital seperti penggunaan laptop,infokus dan bahkan saya sudah menggunakan media yang berbasis internet seperti canva untuk pembuatan media belajar, bahkan sampai membuat google classroom untuk pengumpulan tugas-tugas siswa seperti tugas yang berbasis video ataupun tugas tertulis. jawaban Guru Mulok pak TASLAN untuk pembelajaran didalam kelas saya tidak pernah menggunakan media digital saya hanya melihat buku cetak yang ada dan hanya menuliskan tugas untuk siswa di papan tulis. Dalam penggunaan media belajar terutama yang berkaitan dengan teknologi memang punya banyak kendala, pengembangan guru kearah media masih sangat kurang, sebagaimana yang diungkapkan Bapak ALGAZALI “Kelebihan yang pertama bisa menghidupkan suasana kelas, suasana kelas dari diskusi yang terjadi diantara siswa, kemudian menghindari kejenuhan dari siswa dalam proses belajar mengajar, kemudian menciptakan suasana baru dalam proses belajar mengajar, kemudian menciptakan proses yang variatif dalam pelaksanaan belajar mengajar, kemudian kelebihan yang lain juga dalam hal segi efektifitas ya lebih efektif. Ibu NURMINA menambahkan “Kekurangan dari penggunaan media digital pertama sekali anak-anaknya juga mereka dituntut untuk melakukan praktikum kemudian mereka rekam dalam bentuk video seperti yang saya jelaskan tadi. Nah untuk kelas Tiga kebanyakan dari mereka masih awam dari hal-hal editing video. Kekurangan yang lainnya itu menguras ketika dalam persiapannya itu otomatis menguras waktu sampai dengan 10 menit, naah waktu persiapan sampai dengan 10 menit dalam hal persiapan tapi itu bisa diakomodir dengan efektifnya pembelajaran media digital tadi, jadi 10 menit tadi bisa ditutupi dengan kegiatan pembelajaran media digital yang efektif tetapi kalau tiba-tiba  mati lampu kami sebagai guru terkadang bingung karena sudah mempersiapkan materi pembelajarannya  dalam bentuk slide, jadi harus terpaksa kembali ke metode ceramah, kemudian kalo untuk anak-anak sendiri terkadang anak-anak hanya sekedar melihat atau menonton saja karena  ada anak yang hanya tipe melihat atau menonton saja dan dia tidak mengerti itu apa yang dia lihat, jadi tidak semua anak bisa memahami langsung dan ada juga anak yang langsung paham. Kalau anak yang tidak pahamkan harus dijelaskan lagi oleh saya selaku guru karena anak dengan IQ rendah itu pasti harus kita jelaskan lagi materi yang sudah ditampilkan itu”. 


Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sebuah kegiatan atau cara yang biasanya dilakukan untuk menyediakan data-data atau informasi sebagai bukti yang konkret atau akurat. Dengan istilah lain dokumentasi adalah suatu kegiatan pencarian, mengumpulkan, penyelidikan, dan penyedia data-data atau informasi yang akurat. Biasanya itu berupa foto, video, buku, catatan, wasiat dan lain sebagainya. Johni Dimyati juga menjelaskan didalam bukunya metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian dan juga mengenai hal-hal atau data variabel yang biasanya berupa catatan, transkrip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger nilai, agenda dan lain-lain (Johni Dimyati, 2013).

Kemudian Suharsimi Arikunto (2006) dalam Johni Dimyati didalam bukunya bahwa metode dokumentasi adalah metode penelitian dengan mencari data mengenai hal hal yang menyangkut penelitian atau data variabel yang biasanya berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Metode dokumentasi merupakan sumber data penelitian yang biasanya berupa benda-benda mati sehingga metode dokumentasi ini tidak mudah berubah atau mudah bergerak (Johni Dimyati, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggali informasi dari dokumen yang sudah ada dan dengan cara mengabadikan atau mengambil gambar penerapan media digital yang dilakukan oleh guru mata pelajaran fiqih saat dalam kegiatan proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui wawancara, kuesioner dan dokumentasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penggunaan media pembelajaran berbasis digital seperti masih ada beberapa guru yang belum paham dalam penggunaan media digital serta beberapa kendala seperti kadang tiba-tiba mati lampu  dan perlunya waktu yang banyak dalam  mempersiapkannya pembelajaran yang berbasis digital. 

Upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi adalah guru harus dibekali kesiapan dalam pembelajaran berbasis digital, mempersiapkan materi yang mudah dipahami siswa, dan tentu saja dibutuhkan media yang mudah, lengkap, dan tidak membosankan untuk siswa agar hasil belajar yang diharapkan bisa tercapai. Sejalan dengan pendapat Slameto (2010) Tugas Guru dalam proses pembelajaran mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar untuk mencapai tujuan, Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: 

  1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik        jangka pendek maupun jangka Panjang

  2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai

  3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang penggunaan media digital terhadap guru SDN 4 Banawa menerangkan bahwa masih banyak guru yang kurang paham dalam penggunaan media digital dari 18 guru yang ada di SDN 4 Banawa hanya 8 guru saja yang sudah paham dalam penggunaan media digital dan media berbasis internet hal ini dibuktikan dari tabel kuisioner guru dan pengamatan peneliti pada saat pembelajaran sedang berlangsung di dalam kelas maka dari itu dibutuhkan bimbingan sesama guru dalam mengembangkan kemampuan guru dalam penggunaan media berbasis digital agar dapat memberikan pembelajaran yang lebih modern ke siswa dan tentu saja akan membuat suasa dalam pembelajaran lebih efektif.





Daftar Pustaka

Hardiyanto, R. A. (2020). Problematika Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Era Digital Di MAN Kota Batu.

 Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21–46. Jayawardana, H. B. A. (2017).

 Paradigma pembelajaran biologi di era digital. Jurnal Bioedu Katika, 5(1), 12–17. Johni Dimyati, M. M. (2013).

 Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana. Mania, S. (2017). 

Observasi sebagai alat evaluasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 11(2), 220–233. Marjuni, A., & Harun, H. (2019). 

Penggunaan Multimedia Online Dalam Pembelajaran. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2), 194–204. Purwijayanti, I., & Munir, A. (2021).

 Implikasi Gadget Terhadap Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Tunas Mekar Kota Palu. ECEIJ (Early Childhood Education Indonesian Journal), 4(2), 40–45. Rachmawati, I. N. (2007).

 Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 35–40. Rosaliza, M. (2015).

 Wawancara, Sebuah interaksi komunikasi dalam penelitian kualitatif. Jurnal Ilmu Budaya, 11(2), 71–79. Samsudi, W., & Hosaini, H. (2020). 

Kebijakan Sekolah dalam Mengaplikasikan Pembelajaran Berbasis Digital di Era Industri 4.0. Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman, 4(2), 120–125. Sugiyono. (2016).

 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Alfabeta. Yustanti, I., & Novita, D. (2019).

 Pemanfaatan E-Learning Bagi Para Pendidik Di Era Digital 4.0 Utilization Of E-Learning For Educators In Digital Era 4.0. Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang, 12(01)


0 Komentar